skip to main |
skip to sidebar
Cara Mencuci Mewarangi Keris Pusaka Dan Jamasan
Batu Warangan Super
Dalam
budaya Jawa dikenal beberapa cara atau rangkaian upacara dalam rangka mencuci
dan mewarangi pusaka. Mulai dari yang sederhana, hingga ada pula yang penuh
dengan rangkaian ritus yang diperlengkap dengan puluhan macam sesajen seperti
yang dilaksanakan oleh pihak keraton Solo dan Yogyakarta
setiap bulan Suro (Muharram). Berikut ini adalah cara menyuci dan mewarangi
keris secara tradisional yang bersifat krusial dan fungsional saja.
1. Lepaskan keris dari warangka dan ukirannya
Untuk melepaskan besi dari ukiran, putar ukiran ke arah yang lebih ringan
putarannya sambil ditarik atau dicabut.
2. Rendam keris dengan air kelapa hijau semalaman lalu bilas dengan air sampai
bersih
Saat merendam keris pastikan seluruh bagiannya terendam air kelapa. Air Kelapa Hijau
bersifat asam lemah dan bermanfaat untuk melepaskan kotoran, kerak, dan
mempermudah lepasnya karat yang terbentuk dipermukaan keris. Karena sifat
asamnya yang lemah, diperlukan perendaman semalaman agar betul-betul meresap
dan dapat melepaskan kotoran terutama yang terdapat di pori-pori logam. Sifat
itu pula yang membuatnya relatif aman untuk keris.
3. Gosok permukaan keris dengan irisan jeruk nipis sampai bersih atau putih
mengkilap
Menggosoknya jangan terlalu keras atau kasar. Dapat pula digosok menggunakan
sikat gigi yang halus dengan arah gosokan searah, bila ada kerak atau karat
yang membandel. Boleh juga ditambah air perasan buah mengkudu yang sudah
matang. Lalu bilas dengan air bersih yang mengalir.Jeruk Nipis sifat asamnya
agak kuat, persentuhan dengan logam keris dalam jangka waktu yang lama dapat
merusak logam keris. Digunakan untuk membersihkan keris dari karat, buah jeruk
nipis diiris 4-6 bagian dan digosok-gosok pada permukaan keris.
Hasilnya kotoran dan karat akan terlepas dan permukaan keris akan kelihatan
putih mengkilap. Proses ini disebut 'Mutihke’. Air perasan buah pace alias
mengkudu fungsinya hampir sama seperti air perasan jeruk nipis, namun karena
airnya lebih banyak, membuat pengerjaan lebih mudah. Teksturnya yang lunak
membuatnya mudah hancur bila digosokkan ke permukaan logam sehingga fungsi
jeruk nipis tak tergantikan sepenuhnya.
4. Cuci keris sampai bersih dengan buah lerak atau sabun lerak
Saat mencuci, gosok keris perlahan dan searah dengan sikat gigi yang halus.
Bila ada kotoran di celah-celahnya, congkel dengan tusuk gigi. Bilas dengan air
bersih sampai kotoran (ampas jeruk dan pace) hilang. Bila kotoran yang bersifat
asam itu sampai tertinggal, maka dapat merusak keris karena bersifat korosif.
Buah Lerak berfungsi sebagai sabun alami yang lembut dan tidak merusak besi.
Tidak seperti detergen yang bersifat keras. Saat ini banyak dijual sabun lerak
cair siap pakai sebagai sabun pencuci batik tulis, namun bila ingin
menggunakannya, pilih yang tidak diberi campuran zat kimia tambahan.
5. Keringkan sampai betul-betul kering dengan menekan-nekan bilah keris dengan
kain bersih
Boleh diusap lembut dengan kain bersih yang menyerap air. Dalam proses
mengeringkan, keris jangan sampai terkena tangan telanjang lagi. Karena minyak
dan lemak yang ada di tangan dapat menempel di bilah keris yang sudah bersih
dan menimbulkan karat.
6. Olesi keris dengan cairan warangan menggunakan kuas secara tipis dan merata
Dalam mempersiapkan cairan warangan, pilihlah serbuk atau gumpalan kristal warangan
alami yang berwarna ungu tua kemerahan. Tumbuk sampai halus sekali, lalu
larutkan dalam air perasan jeruk nipis murni yang sudah disaring bersih.
Larutan tersebut sebaiknya disimpan dahulu selama 6 bulan sebelum dipakai.
Ciri-ciri larutan yang sudah jadi adalah warnanya menjadi kecoklatan atau
kehitaman.Tidak dianjurkan menggunakan arsenikum kimiawi dari apotik atau toko
kimia karena kadarnya terlalu tinggi sehingga terlalu keras efeknya. Bilah
keris akan mudah kebrangas (terlalu hitam atau gosong) pada saat diwarangi
sehingga jelek dilihat. Selain itu bila penanganan zat beracun tersebut tidak
hati-hati dapat menimbulkan bahaya. Marangi sebaiknya dilakukan di atas sebuah
wadah untuk menampung tetesan cairan warangan. Masukkan kembali tetesan tersebut
ke dalam botol penyimpan cairan warangan, jangan sembarangan dibuang. Cucilah
wadah penampung dengan air yang mengalir.
7. Angin-anginkan keris dengan posisi berdiri, gunakanlah rak agar pembentukan
lapisan senyawa oksida besi-arsenik bisa sempurna
Pada proses mengangin-anginkan, keris jangan terkena sinar matahari langsung,
namun pilihlah kondisi saat matahari cerah, sekitar pukul 9-11 pagi atau jam
2-4 sore. Perhatikan kontras warna yang terbentuk pada permukaan bilah keris.
Bila tingkat kontras yang diinginkan sudah tercapai, lanjutkan ke proses
selanjutnya.
8. Setelah pengangin-anginan dianggap cukup, bilas lagi keris dengan air
mengalir.
Namun dalam membilas, jangan disemprot dengan tekanan air yang tinggi atau
digosok-gosok, disentuh tangan telanjang. Pembilasan dimaksudkan untuk
menghentikan reaksi kimia antara besi dan warangan sehingga keris tidak terlalu
hitam atau gosong.
9. Keringkan lagi sampai betul-betul kering dengan menekan-nekan bilah dengan
kain bersih secara lembut lalu diangin-anginkan. Ingat! Jangan sampai tersentuh
tangan telanjang lagi.
10. Olesi keris dengan minyak secara tipis dan merata menggunakan kuas
Dalam meminyaki, jangan sampai keris terlalu basah. Serap kelebihan minyak
dengan kain bersih yang ditekan-tekan di permukaan keris. Setelah itu keris
diangin-anginkan semalaman dengan posisi berdiri agar bila ada kelebihan minyak
dapat menetes turun.
11. Masukkan kembali pusaka ke warangkanya. Simpanlah di tempat yang kering dan
tidak lembab.